Cerita Sex Tertarik Pandangan Pertama
- Home
- Cerita Dewasa
- Cerita Sex Tertarik Pandangan Pertama
Kata pepatah tak kenal maka tak sayang perkenalkan namaku Rosa aku berusia 17 tahun saat kelas 3 SMU dengan kulit putih tinggi badanku 167 cm rambutku sebahu ukuran payudaraku tidak besar tapi tidak kecil juga cukup satu genggaman, dan saat ini aku masih jomblo alias belum punya pacar.
Langsung saj ke cerita akhirnya pada saat istirahat siang, inilah pertama kalinya kami ngobrol-ngobrol. Dan pada saat kenalan tersebut kami sempat menukar nomor telepon rumah. Kira -kira tiga hari kemudian, Iban menelepon ke rumahku.
“Ada apa, kok tumben mau nelepon ke sini, aku kira sudah lupa.”
“Gimana kabar kamu, mana mungkin aku lupa. Hmm, Ros ada acara nggak malam minggu ini.”
Aku sempat kaget Iban mengajakku keluar malam minggu ini. Padahal baru beberapa hari ini kenalan tapi dia sudah berani mengajakku keluar.
Ah, biarlah, cowok ini memang idamanku kok.
“Hmmm… belum tau, mungkin nggak ada, dan mungkin juga ada,” jawabku.
“Kenapa bisa begitu,” balas Iban.
“Ya, kalaupun ada bisa dibatalin seandainya kamu ngajak keluar, dan kalo batal acaranya aku bakalan akan nggak terima telpon kamu lagi,” balasku lagi.
“Ooo begitu, kalau gitu aku jemputnya ke rumahmu, sabtu sore, kita jalan-jalan aja. Di mana alamat rumahmu.”
Kemudian aku memberikan alamat rumahku di kawasan Maruya. Dan ternyata rumah Iban tidak begitu jauh dari rumahku. Ya, untuk seukuran Jakarta, segala sesuatunya dihitung dengan waktu bukan jarak.
Tepat hari sabtu sore, Iban datang dengan kendaraan dan parkir tepat di depan rumahku.
Setelah 30 menit di rumah, ngobrol -ngobrol dan pamitan dengan orang rumah, akhirnya kami meninggalkan rumah dan belum tahu mau menuju ke mana. Di dalam mobil kami berdua, ngobrol sambil ketawa-ketawa dan tiba-tiba Iban menghentikan mobilnya tepat di lapangan tenis yang ada di kawasan Jakarta Barat.
“Ros, kamu cantik sekali hari ini, boleh aku mencium kamu,” bisik Iban mesra.
“Iban, apa kita baru aja kenalan, dan kamu belum tau siapa aku dan aku belum tau siapa kamu sebenarnya, jangan-jangan kamu sudah punya pacar.”
“Kalo aku sudah punya pacar, sudah pasti malam minggu ini aku ke tempat pacarku.”
“Iban, terus terang semenjak pertama kali melihat kamu aku langsung tertarik.”
”Aku juga Ros, begitu melihat kamu langsung tertarik.”
Dan Iban menarik tanganku hingga badanku ikut tertarik, lalu Iban memelukku erat-erat dan mencium rambutku hingga telingaku. Aku merinding dan tiba-tiba tanpa kusadari bibir Iban sudah ada di depan mataku.
Dan pelan-pelan Iban mencium bibirku. Pertama-tama, sempat kulepaskan. Karena inilah pertama kali aku dicium seorang laki-laki. filmbokepjepang.com Dan tanpa pikir panjang lagi, aku yang langsung menarik badan Iban dan mencium bibirnya. Ciuman Iban sepertinya sudah ahli sekali dan membuatku begitu bernafsu untuk menarik lidahnya. Oh.. betapa nikmatnya malam ini. Dan, lama-kelamaan tangan Iban mulai meraba sekitar dadaku.
“Jangan Iban, aku tidak mau secepat ini, lagi pula kita melakukannya di depan jalan, aku malu Iban,” jawabku.
Sebenarnya aku ingin dadaku diremas oleh Iban karena aku sudah mengidam-idamkan dan sudah membayangkan apa yang akan terjadi berikutnya.
“Ros, bagaimana kalau kita nonton aja. Sekarang masih jam setengah delapan dan film masih ada kok.”
Akhirnya aku setuju. Di dalam bioskop kami mencari tempat posisi yang paling bawah. Iban sepertinya sudah sangat pengalaman dalam memilih tempat duduk. Dan begitu film diputar, Iban langsung melumat bibirku yang tipis. Lidah kami saling beradu dan aku membiarkan tangan Iban meraba di sekitar dadaku. Walaupun masih ditutupi dengan baju.
Tiba-tiba Iban membisikkan sesuatu di telingaku, “Ros, kamu membuat nafsuku naik.”
“Aku juga Iban,” balasku manja.
Dan Iban menarik tanganku dan mengarahkan tanganku ke arah penisnya.
“Astaga,” pikirku.
Ternyata diluar dugaanku, penis Iban sudah sangat tegang sekali. Dan aku tidak menyia-nyiakan kesempatan yang pertama kali ini.
“Teruskan Ros, remas yang kuat dan lebih kuat lagi.” Tak lama kemudian, tangan Iban sudah berhasil membuka bajuku. Kebetulan saat itu aku memakai kemeja kancing depan.
“Kita langsung pulang ya Ros sudah malam,” pinta Iban.
“Iban, sebenarnya aku belum mau pulang, lagian biasanya kakak-kakakku kalau malam mingguan pulangnya jam 11:30 malam, sekarang masih jam 10:15, kita keliling-keliling dulu ya.” bisikku mesra.
Sebenarnya dalam hatiku ingin sekali mengulang apa yang sudah kami lakukan tadi di dalam bioskop. Namun rasanya tidak enak bila kukatakan pada Iban. Mudah-mudahan Iban mengerti apa yang kuinginkan.
“Ya, sudah kita jalan-jalan ke senayan aja, sambil ngeliat orang-orang yang lagi bingung juga,” balas Iban dengan nada gembira. Sampai di senayan, Iban memarkirkan mobilnya tepat di bawah pohon yang jauh dari mobil lainnya.
Dan setelah Iban menghentikan mobilnya, tiba-tiba Iban langsung menarik wajahku dan mencium bibirku. Kelihatannya Iban begitu bernafsu melihat bibirku. Sebenarnya inilah waktu yang kutunggu-tunggu. Kami saling melumat bibir dan permainan lidah yang kami lakukan membuat gairah kami tidak terbendung lagi.
Tiba-tiba Iban melepaskan ciumannya.
“Ros, aku ingin mencium susumu, bolehkan..” Tanpa berkata sedikit pun aku membuka kancing kemejaku dan membuka kaitan BH yang kupakai.
Terlihat dua gundukan yang sedang mekar -mekarnya dan aku membiarkannya terpandang sangat luas di depan mata Iban. Dan kulihat Iban begitu memperhatikan bentuk bulatan yang ada di depan matanya.
Memang susuku belum begitu tumbuh secara keseluruhan, tapi aku sudah tidak sabar lagi untuk dicium oleh seorang lelaki.
“Ros, apa ini baru pertama kali ada yang memegang yang menciumi susumu,” bisik Iban.
“Iya, Iban, baru kamu yang pertama kali, aku memberikan ke orang yang benar -benar aku inginkan,” balasku manja.
Tak lama kemudian, Iban dengan lembutnya menciumi susuku dan memainkan lidahnya di seputar puting susuku yang sedang keras. Aduh enak sekali rasanya. Inilah waktu yang tunggutunggu sejak lama.
Nafsuku langsung naik pada saat itu.
“Jangan berhenti Iban, teruskan ya… aku enak sekali..” Dan tanganku pun dibimbing Iban untuk membuka reitsleting celananya.
Dan aku membukanya. Kemudian Iban mengajak pindah tempat duduk dan kami pun pindah di tempat duduk belakang.
Sepertinya di belakang kami bisa dengan leluasa saling berpelukan. Baju kemejaku sudah dilepas oleh Iban dan yang tertinggal hanya BH yang masih menggantung di lenganku. Reitsleting celana Iban sudah terbuka dan tiba-tiba Iban menurunkan celananya dan terlihat jelas ada tonjolan di dalam celana dalam Iban. Dan Iban menurunkan celana dalamnya.
Terlihat jelas sekali penis Iban yang besar dan berwarna kecoklatan. Ditariknya tanganku untuk memegang penisnya. Dan aku tidak melepaskan kesempatan tersebut.
Iban masih terus menjilati susuku dan sekali-kali Iban menggigit puting susuku.
“Iban, teruskan ya… jilat aja Iban, sesukamu..” desahku tak karuan.
Sementara aku masih terus memegang penis Iban. Dan sepertinya Iban makin bernafsu dengan permainan seksnya. Akhirnya Iban sudah tidak tahan lagi.
“Ros, kamu isap punyaku ya… mau nggak?”
“Isap bagaimana..”
“Tolong keluarin punyaku di mulutmu.”
Sebenarnya aku masih bingung, tapi karena penasaran apa yang dimaui Iban, maka aku menurut saja apa permintaannya. Dan Iban merubah posisi duduknya, Iban menurunkan kepalaku hingga aku berhadapan langsung dengan kepunyaan Iban.
“Iban, besar sekali punyamu.”
“Langsung aja Ros, aku sudah tidak tahan..”
Aku langsung mengulum pelan-pelan kepunyaan Iban. Inilah pertama kali aku melihat, memegang dan mengisap dalam satu waktu. Aku menjilati dan kadang kutarik dalam mulutku kepunyaan Iban. Sekali-kali kujilati dengan lidahku.
Dan sekali-kali juga kujilati dan kuisap buah kepunyaan Iban. Aku memang menikmati yang namanya penis. Mulai dari atas turun ke bawah. Dan kuulangi lagi seperti itu. Dan kepala penis kepunyaan Iban aku jilatin terus. Ah… benar-benar nikmat.
Sekitar lima menit aku menikmati permainan punya Iban, tiba-tiba, Iban menahan kepalaku dan menyuruhku mengisap lebih kuat. “Terus Ros, jangan berhenti, terus isap yang kuat, aku sudah tidak tahan lagi..” Dan tidak lama setelah itu, Iban mengerang keenakan dan tanpa sadar, keluar cairan berwarna putih dari penis Iban.
Apakah ini yang namanya sperma, pikirku. Dalam keadaan masih keluar, aku tidak bisa melepaskan penis Iban dari mulutku, aku terus mengisap dan menyedot sperma yang keluar dari penis Iban. Ah… rasa dan aromanya membuatku ingin terus menikmati yang namanya sperma. Aku pun tidak bisa melepaskan kepalaku karena ditahan oleh Iban.
Aku terus melanjutkan isapanku dan aku hanya bisa melebarkan mulutmu dan sebagian cairan yang keluar tertelan di mulutku.
Dan Iban kelihatan sudah enak sekali dan melepaskan tangannya dari kepalaku.
“Ros, aku sudah keluar, banyak ya..”
“Banyak sekali Iban, aku tidak sanggup untuk menelan semuanya, karena aku belum biasa.”
“Tidak apa-apa Ros..”
Kemudian Iban mengambil cairan yang terbuang di sekitar penisnya dan menaruh ke susuku. Aku pun memperhatikan kelakuan Iban. Dan Iban mengelus-elus susuku. Akhirnya jam sudah tepat jam 11 malam. Dan aku diantar oleh Iban tepat jam 11 lewat 35 menit. Karena besoknya kami berjanji akan ketemu lagi. Malamnya entah mengapa aku sangat sulit sekali tidur.
Karena pengalamanku yang pertama membuatku penasaran, entah apa yang akan kulakukan lagi bersama Iban esoknya.Dan, malam itu aku masih teringat akan penis Iban yang besar dan aroma sperma serta ingin rasanya aku menelan sekali lagi. Ingin cepat-cepat kuulangi lagi peristiwa malam itu.
Besoknya dengan alasan ada pertemuan panitia perpisahan, aku akhirnya bisa keluar rumah.Akhirnya sesuai jam yang sudah ditentukan, Iban menjemputku dan Iban membawaku ke suatu tempat yang masih teramat asing buatku.
“Tempat apa ini Iban,” tanyaku.
“Ros, ini tempat kencan, daripada kita kencan di mobil lebih bagus kita ke sini aja, dan lebih
aman dan tentunya lebih leluasa. Kamu mau.”
“Entahlah Iban, aku masih takut tempat seperti ini.”
“Kamu jangan takut, kita tidak keluar dari mobil. Kita langsung menuju kamar yang kita pesan.”
Dan sampai di garasi mobil, kami keluar, dan di garasi itu hanya ada satu pintu. Sepertinya pintu itu menuju ke kamar. Benar dugaanku. Pintu itu menuju ke kamar yang sudah dingin dan nyaman sekali, tidak seperti yang kubayangkan. Terlihat ada kulkas kecil, kamar mandi dengan shower, dan TV 21, dan tempat tidur untuk kapasitas dua orang.
“Rosa, kita santai di sini aja ya… mungkin sampai sore atau kita pulang setelah magrib nanti, kamu mau..” pinta Iban.
“Aku setuju saja Iban, terserah kamu.”
Setelah makan siang, kami ngobrol-ngobrol dan Iban membaringkan badanku di tempat tidur.
“Ros, kamu mau kan melakukannya sekali lagi untukku.” Aku setuju.
Sebenarnya inilah yang membuatku berpikir malamnya apa yang akan kami lakukan berikutnya. Iban berdiri di depanku, dan melepaskan kancing kemejanya satu persatu, dan membuka celana panjang yang dipakainya.
Terlihat sekali lagi dan sekarang lebih jelas lagi kepunyaan Iban daripada malam kemarin. Ternyata kepunyaan Iban lebih besar dari yang kubayangkan. Dan, dalam sekejap Iban sudah terlihat bugil di depanku. Iban memelukku erat-erat dan membangunkanku dari tempat tidur. Sambil mencium bibirku, Iban menarik ke atas baju kaos ketat yang kupakai.
Sambil tangannya memeluk pahaku.
“Ros, bodi kamu bagus sekali.”
Iban sekali lagi memperhatikan bulu-bulu yang tidak terlalu lebat dan menciumi aroma vaginaku.
“Ros, seandainya hari ini perawanmu hilang, kamu bagaimana.”
“Terserah kamu Iban, aku tidak peduli tentang perawanku, aku ingin menikmati hari ini, denganmu berdua, dan aku kepengen sekali melakukannya denganmu..” Akhirnya aku pasrah apa yang dilakukan oleh Iban.
Kemudian Iban meniduriku yang sudah tidak memakai apa-apa lagi. Kami sudah sama-sama bugil. Dan tidak ada batasan lagi antara kami.
Iban bebas menciumiku dan aku juga bebas menciumi Iban. Kami melakukannya sama-sama dengan nafsu kami yang sangat besar. Baru pertama kali ini aku melakukannya seperti hubungan suami istri. Iban menciumi seluruh tubuhku mulai dari atas turun ke bawah. Begitu bibir Iban sampai di vaginaku yang sudah sangat basah, terasa olehku Iban membuka lebar vaginaku dengan jari-jarinya.
Ah… nikmat sekali. Seandainya aku tahu senikmat ini, ingin kulakukan dari dulu. Ternyata Iban sudah menjilati klitorisku yang panjang dan lebar. Dengan permainan lidahnya di vaginaku dan tangan Iban sambil meremas susuku dan memainkan putingku, aku rasanya sudah sangat enak sekali. Sepertinya tidak kusia-siakan kenikmatan ini tiap detik.
Iban sekali-kali memasukan jarinya ke vaginaku dan memasukkan lidahnya ke vaginaku.
“Oh… enak sekali,” jeritku.
Terasa seluruh lorong dan dinding vaginaku penuh dengan penis besar kepunyaan Iban. Dengan sekali tekan dan dorongan yang sangat keras dari penis Iban, membuat hari itu aku sudah tidak perawan lagi.
Iban membisikkan sesuatu di telingaku,
“Ros, kamu sudah tidak perawan lagi.”
“Ngga apa-apa Iban, jangan dilepas dulu ya…”
“Terus Iban, goyang lebih kencang, aku enak sekali..” Dengan posisi aku di bawah, Iban di atas, kami melakukannya lama sekali.
Iban terus menciumi susuku yang sudah keras, penis Iban masih terbenam di vaginaku. Akhirnya puncak kenikmatanku yang pertama keluar juga.
“Iban sepertinya aku sudah tidak tahan lagi… aku mau keluar.”
“Keluarin terus Ros, aku tidak akan melepaskan punyaku.”
“Iban, aku tidak tahan lagi… a..ahh… aaahh.. aku keluar Iban, aku keluar.. keluar Iban..enaak sekali, jangan berhenti, teruskan… aaaa… aaaa..” Pada saat orgasme yang pertama, Iban langsung menciumi bibirku.
Oh… benar -benar luar biasa sekali enaknya.
Akhirnya aku menikmati kehangatan punya Iban dan aku masih memeluk badan Iban. Walaupun udara di kamar itu sangat dingin, tapi hawa yang kami keluarkan mengalahkan udara dingin.
“Ros, aku masih mau lagi, tidak akan kulepaskan… sekarang aku mau posisi enam sembilan. Kamu isap punyaku dan aku isap punyamu.”
Kemudian kami berubah posisi ke enam sembilan. Iban bisa sangat jelas mengisap punyaku.
Dan kelihatan kliotorisku yang sangat besar dan panjang.
“Ros punyamu lebar sekali.”
“Isap terus Iban, aku ingin mengeluarkan sekali lagi dan berkali-kali.”
Aku terus mengisap punya Iban sementara Iban terus menjilati vaginaku dan kami melakukannyasangat lama sekali. Penis Iban yang sudah sangat keras sekali membuatku bernafsu untuk melawannya.
Dan permainan mulut Iban di vaginaku juga membuatku benar-benar terangsang dan sepertinya saat-saat seperti ini tidak ingin kuakhiri.
“Iban… aku mau keluar lagi… aku tidak tahan lagi honey…”
“Tahan sebentar Ros, aku juga mau keluar..”
Tiba-tiba Iban langsung merubah posisi. Aku di bawah dan dia di atas. Dengan cepat Iban melebarkan kakiku, dan oh.. ternyata Iban ingin memasukkan penisnya ke vaginaku. Dan sekali lagi Iban memasukkan penisnya ke vaginaku.
Walaupun masih agak sulit, tapi akhirnya lorong kenikmatanku dapat dimasuki oleh penis Iban yang besar.
“Dorong yang keras Iban, lebih keras lagi,” desahku. Iban menggoyangan badannya lebih cepat lagi.
“Iya Iban, seperti itu… terus… aaa..aaa… enak sekali, aku mau melakukannya terusmenerus denganmu..”
“Ros, aku sudah tidak tahan lagi… aku mau keluar…”
“Aku juga Iban, sedikit lagi, kita keluar sama -sama ya… aaa..”
“Ros… aku keluar..”
“Aku juga Iban… aaa… aa… terasa Iban, terasa sekali hangat spermamu..”
“Aduh, Ros… goyang terus Ros, punyaku lagi keluar…”
“Aduh Iban… enak sekali…”
Bibirku langsung menciumi bibir Iban yang lagi dipuncak kenikmatan. Tak lama kemudian kami sama-sama terdiam dan masih dalam kehangatan pelukan. Akhirnya kami mencapai kenikmatan yang luar biasa.
Dan sama-sama mengalami kenikmatan yang tidak bisa diukur.
“Ros… spermaku sekarang ada di dalam punyamu.”
“Ia Iban…”
Tidak lama kemudian, Iban membersihkan cairan spermanya di vaginaku.
“Ros, kalo kamu hamil, aku mau bertanggungjawab.”
“Iya Iban..” jawabku singkat.
Sorenya kami melakukannya sekali lagi. Kali melakukannya berulang kali. Dan istirahat kami hanya sebentar, tidak sampai satu jam kami sudah melakukannya lagi. Benar-benar luar biasa.
Aku pun tidak tahu kenapa nafsuku begitu bergelora dan tidak mau berhenti. Kalau dihitunghitung dalam melakukan hubungan badan, aku sudah keluar 8 kali orgasme. Dan kalau hanya sekedar diisap oleh Iban hanya 3 kali. Jadi sudah 11 kali aku keluar. Sementara Iban sudah 7 kali.
“Iban, aku dapat lagi, dan aku tidak hamil.”
“Iya Ros… syukurlah…”
“Iban, aku ingin melakukannya sekali lagi, kamu mau Iban..”
Dan, ternyata kami bisa melakukannya di mana saja. Kadang aku mengisap penis Iban sambil Iban menyetir mobil yang lagi di jalan tol. Dan setelah cairan sperma Iban keluar yang tentunya semua kutelan, karena sudah biasa, setelah itu tangan Iban memainkan vaginaku.
Kadang juga sebelum pulang aku tidak lagi mencium bibir Iban, tapi aku mengisap kepunyaan Iban sebelum turun dari mobil, hanya sekitar 2 menit, Iban sudah keluar. Dan aku masuk rumah masih ada sisa-sisa aroma sperma di mulutku. Di tiap pertemuan kami berdua selalu saling mengeluarkan.
Jika kami ingin melakukan hubungan badan, biasanya kami menyewa penginapan dari siang sampai sore dan hanya dilakukan tiap hari sabtu karena pada saat itu sepulang sekolah Iban langsung mengajakku ke penginapan.
***
- ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,